Total Tayangan Halaman

Jumat, 04 November 2011

Kopi Pemersatu Etnik

Keberagaman Entik merupakan ciri khas suatu Negara tatapi terkadang keberagam ini menjadi salah satu sebab faktor terjadinya perpecahan, sebut saja Medan salah satu kota terbesar di Proponsi Sumatera Utara yang memiliki banyak Etnik. selain dihuni oleh ’putera daerah’ (Melayu), juga  menjadi tempat berkumpulnya berbagai etnik pendatang.  Seperti  suku Batak yang berasal dari pedalaman Sumatera Utara, yaitu Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Angkola, Batak Karo, Batak Pakpak/Dairi. Lalu, ada pula suku yang berasal dari luar Sumatera Utara, seperti Aceh, Minangkabau (Padang), Jawa, Ambon, Cina, India,Tionghoa dan lain-lain.
Pandangan-pandangan yang bersifat stereotip terhadap etnik lain biasanya muncul melalui proses sosialisasi di sekitar lingkungan masyarakat. Julukan-julukan atau sebutan stereotip ini pun bermunculan di Kota Medan. Hal ini menjadi ’bahan’ ejekan karena streotipisasi tersebut. Misalnya, julukan ’manipol’ (mandailing polit/pelit) untuk orang Mandailing; ’aceh pungo’ untuk orang Aceh; ’padang pancilok’, ’cirik barandang’, ’kecek padang’ (Minangkabau/Padang); ’batak berekor’, ’batak makan orang’, ’batak tembak langsung BTL’ (Batak Toba); ’lagak Deli’ (Melayu); ’keling mabuk’, ’putar keling’ (Tamil); ’jakon’, ’jadel’ (Jawa); ’cina banteng’ (Cina Tangerang, Jakarta); ’cina kebun sayur’ (Cina Medan), ’cina mindering’,’cinaloleng’.

Namun Ironisnya pada pertengahan tahun 1997 terjadi penjarahan besar besaran di kota Medan yang melibatkan etnik Peribumi dengan etnik Tionghoa atau Cines, yang sebagian besar penduduk Cines dan Tionghowa adalah sebagai pedagang yang menumpang tinggal dan menetap di kota Medan sebagai korbannya,peristiwa ini terjadi saat kerisis Moneter berlangsung, banyak etnik Tionghowa dan Cines merasa di rugikan secara moril dan meteril akibat peristiwa ini seperti pencurian,penghancuran sampai penjarahan di tempat mereka berdagang.

Dialah Kiai Haji Abdurrahman Wahid,akrab di panggil Gus Dur(lahir di jombang,Jawa Timur,7 September 1940 –meninggal di jakarta,30 Desembar 2009 bapak Pendidikan yang juga di panggil sebagai bapak pemersatu Etnik,belau telah banyak berjasa atas perjungannya membela Etnik Tionghowa dan Cines yang pada saat peristiwa kerisis Moneter itu merasa tertindas dan terancancam atas perlakuan penduduk Pribumi di kota Medan.

Kopi Persatu Etnik
           
Kedai kopi merupakan sarana yang tepat untuk berkumpul bersama teman,sahabat dan keluarga dan menurut kebanyaka pendapat orang bisa sebagai tempat untuk berbincang bincang santai. Acu seorang yang berkebangsaan Tionghowa yang memperkenalakan kedai kopi (kopitiam) yang di konsep bergayakan Clasic, kedai kopi sederhana tetapi memiliki makna yang tersimpan di dalamnya.
Keberadaan kedai kopi ini tak jauh,tepatnya berada di kawasan pasar Hindu tetapi ada yang lain di sini terlihat dari nama lokasinya dan penjualnya saja sudah berbeda maka dari itu manyarakat sekitar mengatakanya sebagai “kedai kopi pemersatu Etnik” dimana mayoritas dari penikmat kopi ini ialah seluruh etnik yang ada di kota Medan, berkumpul dan berbaur dengan menikmati secangkit kopi hangat dan yang pastinya Halal bisa di nikmati oleh semua kalangan.

Menurut penuturan pemilik kedai kopi Acu sengaja memperkenelkan kedai kopi ini sebabagai sarana untuk “mengumpulkan samua etnik yang ada di kota medan juga memberikan pengetahuan kepada masyarakan akan betapa pentingnya Pembauran antar etnik karena bisa menyatukan segala unsur kebudayaan,pola  pikir dan tingkah laku di setiap entnik menjadi satu, menjadi bangsa Indonesia yang seutuhnya dan yang terpenting jauh dari yang  kekerasan dan konflik antar etnik karena konflik berarti kehancuran”.
  
Mulai lah dari hal yang terkecil untuk mengetahui keberagaman antar etnik dan peduli dengan keberagaman,tak perlu harus datang ke daerah tertentu untuk mengetahui Kebudayaan juga keberagaman Etnik yang ada di seluruh Dunia, cukup saling berkumpul juga bertukar pikiran karena dalam Behenika Tunggal Ika yang berarti “Walaupun berbeda beda tetapi tetap satu jua” karya Empu Tantular ini.

 Apa lagi di tambah dengan  secangkar Kopitiam hangat yang di sugukan  kopi Acu yang terletak di Pasar Hindu Medan tepatntya berada di jalan Hindu Medan,pasti akan menambah suasana yang begitu hangat dan akrab.      

Minggu, 17 Juli 2011

Mbo raro.. ^_^

@sekret LPM Teropong UMSU...
akakakakka...
bani gerot... diiringi dengan tawa wandes yang ketahan.. akakakakka